Jumat, 15 Juli 2022

PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID



Tiga Puluh Menit Bersama Buku (TIMBERBUK)
Ahkam Moriana

Peristiwa/Fact

Sulawesi Tenggara khususnya Kabupaten Konawe merupakan daerah yang sangat berpotensi besar pada bidang pertanian dalam menyokong tatanan kehidupan masyarakatnya, bahkan daerah kabupaten Konawe disebut sebagai pengekspor hasil pertanian terbesar dikawasan Indonesia Timur.  Dengan potensi itu, maka dalam perkembangannya perlu adanya ilmu pengetahuan dibidang pertanian sejak dini. 

SMKN SPP Wawotobi yang  berubah nama menjadi SMKN PP 5 Konawe adalah sekolah Negeri dengan jenjang SMK yang beralamat di JL. Sultan Hasanuddin No. 367 Kec. Wawotobi Kab. Konawe Prov. Sulawesi Tenggara. Merupakan salah satu Sekolah Menengah Kejuruan yang berbasis pertanian. SMKN PP 5 Konawe terdiri dari tiga jurusan yaitu Agrobisnis Tanaman pertanian dan Hortikultura (ATPH), Agrobisnis Tanaman Perkebunan (ATP), Dan Agrobisnis Ternak Unggas (ATU). Dalam menjalankan roda pendidikan, selalu menyesuaikan perkembangan zaman yang mementingkan kualitas lulusan baik dari segi pengetahuan, keterampilan maupun sikap peserta didiknya.

Peserta didik tidak hanya diberikan ilmu pengetahuan tentang pertanian namun juga pendidikan karakter sehingga membentuk kepribadian yang luhur dan bermoral. Berbagai usaha  secara sadar dan terencana telah dilaksanakan untuk mendidik dan memberdayakan potensi peserta didik guna membangun karakter pribadinya sehingga dapat menjadi individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya. Beberapa budaya positif telah dijalankan, diantaranya : Yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri , demokratis, rasa ingin tahu, semangat dan kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, peduli lingkungan. dan masih ada beberapa program yang akan dilaksanakan.

Salah satu program Literasi yang sedang saya galakkan adalah program Tiga Puluh Menit Bersama Buku (TIMBERBUK) Program ini berlaku untuk guru dan siswa pada waktu tertentu yang disepakati oleh seluruh warga sekolah. Dalam Kegiatan ini ada beberapa proses yang harus dilakukan oleh siswa, seperti membaca buku, mengulas buku, memaknai isi buku dan mempresentasikan apa yang telah dilakukan sebelumnya. Bukan pada kegiatan literasi membaca dan menulis, tetapi dalam kegiatan ini murid akan dibekali mengenai kecakapan berbicara  serta mencakup 6 literasi dasar yaitu literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, dan literasi budaya dan kewargaan. 
Dalam Perencanaan hingga pelaporan Program TIMBERBUK (Tiga Puluh Menit Bersama Buku) di SMKN SPP Wawotobi melakukan pelibatan dengan berbagai pihak yang berkepentingan dari dalam maupun luar sekolah (Pengawas sekolah, Kepala Sekolah, Guru, Komite, Murid, Orang tua/masyarakat) agar program dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang diaharapkan.

  
 

Dalam Perencanaan hingga pelaporan Program TIMBERBUK (Tiga Puluh Menit Bersama Buku) di SMKN SPP Wawotobi melakukan pelibatan dengan berbagai pihak yang berkepentingan dari dalam maupun luar sekolah (Pengawas sekolah, Kepala Sekolah, Guru, Komite, Murid, Orang tua/masyarakat) agar program dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang diharapkan.
Program TIMBERBUK ini sepenuhnya didukung oleh sekolah dan mendapatkan Bantuan Operasional Sekolah, berupa pengadaan buku-buku bacaan dan juga ATK untuk kebutuhan menulis siswa. Komite dan para orang tua juga mendukung, karena sangat berdampak positif terhadap murid.






TIMBERBUK ini mempunyai tujuan :

    1. Membangun Budaya Literasi semua ekosistem sekolah
    2. Merupakan kegiatan kokurikuler yang memiliki tujuan menumbuhkan minat literasi murid 
    3. Dengan Literasi dapat menumbuhkan minat kepemimpinan siswa 
    4. Dari kegiatan ini dapat Melatih murid untuk memiliki sikap tanggung jawab, 
    5. Melatih murid untuk menjadi pribadi yang pekerja keras, 
    6. Menanamkan sikap disiplin, dan 
    7. Mengembangkan kemampuan kognitif dan sosial.

Selain tujuan diatas TIMBERBUK dapat mengedukasi siswa dalam memanfaatkan perpustakaan sebagai tempat membaca dan melakukan aktifitas literasi lainnya. Juga dapat mengedukasi siswa agar dapat menggunakan buku digital secara baik dan bertanggungjawab Dalam pelaksanaannya murid sangat antusias mengikuti kegiatan program yang dilaksanakan hal ini terlihat dari keaktipan serta rasa penasaran siswa dalam memanfaatkan perangkat digital. Dengan kata lain program ini berjalan dengan baik dan tujuan dari progam inipun tercapai. 

Deskripsi Pelaksanaan Program : 
        Waktu Pelaksanaan Waktu pelaksanaan program ini adalah sekali dalam seminggu yaitu pada hari jumat dalam kurun waktu 30 menit, program ini dilaksanakan secara konsisten (berkesinambungan) Strategi Pelaksanaan Program Berbagi peran merupakan strategi yang digunakan dalam pelaksanaan program TIMBERBUK (Tiga Puluh Menit Bersama Buku), peran dan kontribusi berbagai pihak diperlukan dalam mencapai tujuan dari program ini, kerjasama melalui diskusi dan kolaborasi dilaksanakan untuk membangun iklim positif dari berbagai pihak yang berkepentingan ( Pengawas sekolah, Kepala Sekolah, Guru, Komite, Murid, Orang tua/masyarakat).

Penanggung jawab dan mekanisme koordinasi antar tim 
• Penanggung Jawab kegiatan : Kepala sekolah 
• Pengarah : Dewan guru 
• Koordinator : Guru 
laporan dibuat oleh koordinator kegiatan (guru) . Koordinasi dilakukan seminggu sekali Hasil laporan koordinasi kepada kepala sekolah. Evaluasi dilakukan dalam rapat koordinasi dengan kepala sekolah dan guru.

Dalam pelaksanaannya murid sangat antusias mengikuti kegiatan program yang dilaksanakan hal ini terlihat dari keaktipan serta rasa penasaran siswa dalam memanfaatkan perangkat digital. Dengan kata lain program ini berjalan dengan baik dan tujuan dari progam inipun tercapai.

       


PERASAAN/FEELING

Perasaan saya setelah menerapkan dan melaksanakan aksi nyata ini adalah sangat bahagia, karena melalui kegiatan ini semua ekosistem sekolah dapat berkolaborasi dengan baik. Kepala sekolah dengan bangga mendukung program ini sehingga menjadi ukuran tersendiri dalam mengelola aset sekolah, guru-guru lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan potensi dirinya, serta murid-murid menjadi lebih produktif, berkespresi dengan bebas sesuai bakatnya masing-masing, mereka senang dan leluasa dalam mengembangkan potensi dirinya.




PEMBELAJARAN/FINDING

Kegiatan TIMBERBUK banyak memberikan efek positif terhadap kami pada proses pembelajaran:

1. Murid memiliki kemampuan untuk meningkatkan minat bacanya yang dimulai  dari dalam  sekolah. 
2. Guru memiliki kemampuan dan kreatifitas dalam megedukasi siswa dan menumbuhkan minat baca siswa dengan memanfaatkan bahan bacaan baik buku dalam bentuk fisik maupun buku digital. 
3. Kepala Sekolah memberikan dorongan, motivasi serta dukungan terhadap upaya program TIMBER BUK untuk menumbuhkan minat baca dan meningkatkan pengetahuan baik guru maupun siswa. 
4. Meningkatnya pemahaman kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan siswa dalam mengelola bahan bacaan di perpustakaan. 
5. Keluarga ikut berperan dalam program ini, agar siswa termotivasi untuk terus mengeksplorasi pribadinya. Dan mendampingi anak-anak mereka dalam bergaul baik dilingkungan keluarga, masarakat dan dilingkungan sekolah. 


PENERAPAN KE DEPAN/FUTURE

Dalam pencapaian tujuan dari proram yang dicanangkan diperlukan peran dan kontribusi dari berbagai pihak yang berkepentingan untuk itu kerjasama dan kolaborasi yang baik harus dibangun agar tercipta iklim yang positif. Monitoring , evaluasi serta pelaporan menjadi salah satu strategi yang tepat agar program ini kedepannya  dijalanankan sesuai dengan harapan dan tujuan dari program tersebut. Program TIMBERBUK adalah salah satu cara untuk meningkatkan minat baca serta mengasah pengetahuan siswa dari enam literasi dasar.

Harapan kami melalui program ini, SMKN PP 5 Konawe menjadi sekolah yang unggul dalam prestasi dan menghasilkan murid yang berkarakter baik sehingga menjadi sekolah yang diminati masyarakat, khususnya masyarakat Sulawesi tenggara dalam 


FAKTOR PENDUKUNG DAN FAKTOR PENGHAMBAT

Faktor Pendukung dan Penghambat Program Faktor pendukung dari program ini adalah peran dan kontribusi berbagai pihak dalam bentuk moril maupun materil 

Faktor penghambat dari program ini adalah Bahan bacaan yang dimiliki sekolah masih kurang, siswa tidak memilki Hand Phone sendiri untuk itu diperlukan kerjasama antara pihak sekolah dan orang tua walI murid yaitu dengan memanfaatkan Hand Phone yang dimilIki oleh orang tua/wali murid atau anggota keluarga agar siswa dapat mengikuti program TIMBERBUK dengan baik.

Senin, 06 Juni 2022

7 Lingkungan yang Menumbuhkembangkan Kepemimpinan Murid

Sebagaimana padi yang hanya akan tumbuh subur pada lingkungan yang sesuai, maka program/kegiatan sekolah yang berdampak pada murid dan menumbuhkembangkan kepemimpinan murid pun akan tumbuh dengan lebih subur jika sekolah dapat menyediakan lingkungan yang cocok.

Lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid memiliki beberapa karakteristik, diantaranya adalah:

  1. Lingkungan yang menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola pikir positif dan merasakan emosi yang positif, hingga berkemampuan dan berkeinginan untuk memberikan pengaruh positif kepada kehidupan orang lain dan sekelilingnya.
  2. Lingkungan yang mengembangkan keterampilan berinteraksi sosial secara positif, arif dan bijaksana.
  3. Lingkungan yang melatih keterampilan yang dibutuhkan murid dalam proses pencapaian tujuan akademik maupun non-akademiknya.
  4. Lingkungan yang melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan diri, sesama, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.
  5. Lingkungan yang membuka wawasan murid agar dapat menentukan dan menindaklanjuti tujuan, harapan atau mimpi yang manfaat dan kebaikannya melampaui pemenuhan kepentingan individu, kelompok, maupun golongan.
  6. Lingkungan tersebut berkomitmen untuk menempatkan murid sedemikian rupa sehingga aktif menentukan proses belajarnya sendiri.
  7. Lingkungan tersebut menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh murid untuk terus bangkit di tengah kesempitan dan kesulitan.

Senin, 09 Mei 2022

3.2.a.3. Mulai dari Diri - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya



1. Ingatlah kembali sosok pemimpin yang pernah Anda tahu selama berprofesi sebagai guru, seperti apakah sosok pemimpin yang Anda ingat itu? Hal apa yang paling Anda ingat dari sosok pemimpin tersebut?

Setiap pemimpin mempunyai cara pandang dan gaya kepemimpinan yang berbeda. Ada yang benar-benar menerapkan jiwa kepemimpinan ada pula yang hanya sebatas menyelesaikan tugas saja. Kemampuan menjadi manager dalam sekolah sangat menentukan arah dan tujuan sekolah, yang tidak hanya berpatokan keadaan financial, tetapi kemampuan memenage, administrasi, pengembangan semua ekosistem sekolah (Siswa, Tata Usaha, Cleaning Service, Satpam, dan Guru). Ekosistem ini digerakkan melalui visi dan misi sekolah yang telah disusun dan disepakati bersama.

2. Setelah mengingat sosok pemimpin yang Anda tahu, menurut Anda pribadi seperti apakah sosok pemimpin yang ideal? Apa saja sebetulnya tugas seorang pemimpin?

Pemimpin yang ideal harus mampu membimbing serta membuat bawahannya berkembang. Pemimpin harus mampu menjadi teladan dengan memberikan contoh-contoh yang baik kepada mereka. Oleh karena itu, tidak semua atasan mampu memimpin dan memiliki sifat kepemimpinan.

3. Masih ingatkah kita apa yang dimaksud dengan ekosistem saat belajar Biologi dulu?  Apabila kita menganggap sebuah sekolah adalah sebuah ekosistem, apa sajakah faktor-faktor yang memengaruhi ekosistem sekolah? Tuliskan pada kolom di bawah ini.

Faktor yang mempengaruhi ekosistem sekolah meliputi faktor biotik dan abiotik yang berarti hubungan antar manusia dengan lingkungannya. Hubungan murid dan guru, murid dan murid juga hubungan antara murid dengan sarana sekolah. Jika sarana dan prasarana dirawat dengan baik oleh pihak sekolah dan dipakai dengan hati-hati oleh guru dan murid akan berdampak pada keseimbangan ekosistem sekolah. Faktor pembuangan limbah/sampah di fasilitas sekolah juga dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem sekolah.

4. Apa yang Anda ketahui tentang peran seorang pemimpin dalam pengelolaan sumber daya di sekolah?  Apa saja sumber daya yang dimiliki oleh sekolah?

Peran seorang pemimpin adalah mensosialisasikan, menjaga, dan menggerakkan. Sumber daya yang dimiliki sekolah meliputi : Visi misi sekolah, Kurikulum, Program kerja sekolah, keuangan, Kualitas guru, Kualitas peserta didik, Kepemimpinan, Sarana, Prasarana pendidikan dan media belajar, Penataan lingkungan sekolah, serta Lokasi strategis sekolah

5. Bagaimana Anda menggambarkan posisi diri Anda dalam ekosistem sekolah? Berikanlah gambaran diri Anda dengan menyebutkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dalam pengelolaan sumber daya sekolah.


Posisi saya dalam ekosistem sekolah adalah melibatkan diri secara aktif dalam setiap kegiatan sekolah, mengembangkan potensi murid dengan berbagai kegiatan-kegiatan menjadi prioritas, mengajak rekan-rekan guru untuk ikut dalam mengembangkan kompetensi, mengembangkan beberapa sumber daya yang belum terlaksana dengan baik.

Kekuatan yang saya miliki adalah mampu menggunakan sumber daya secara optimal untuk mengembangkan potensi murid dan mampu memunculkan ide-ide pengadaan dan pemanfaatan sumber daya. Kelemahan yang saya miliki adalah dalam menggerakkan organisasi sekolah dalam pemanfaatan sumber daya, belum bisa bergerak secara sinergi dengan semua komponen, karena tiap idividu memiliki arah, kecepatan, dan momentum yang berbeda-beda.

6. Apa saja harapan pada diri Anda sebagai seorang pendidik, pemimpin, dan pada murid setelah mempelajari modul ini? Diri sendiri: Murid: Sekolah:

Harapan saya setelah mempelajari modul ini adalah dapat
  1. Mengidentifikasi dan mendapatkan sumber daya dari berbagai sumber yang sah untuk menjalankan program sekolah
  2. Menggunakan sumber daya sekolah secara efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
  3. Menggerakkan seluruh ekosistem sekolah agar terwujud profil pelajar pancasila

Untuk Murid adalah : Mereka dapat belajar dengan tenang, tentram dan aktif, dapat meningkatkan kedisiplinan, dapat mengeksplore diri mereka sendiri sehingga kualitas belajar mereka meningkat.

Untuk Guru adalah : mampu meningkat profesionalitas dalam melaksanakan Proses belajar mengajar, dapat meningkatkan pengalaman belajar, memahami konsep guru yang sesungguhnya.

7. Apa saja kegiatan. Materi, manfaat, yang Anda harapkan ada dalam modul ini?

Dari modul ini, kegiatan, materi, dan manfaat yang saya harapkan adalah kemampuan mengidentifikasi dan menggunakan Sumber Daya yang ada untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Kemampuan menggerakkan semua sumber agar cita-cita dan tujuan sekolah dapat tercapai.

Minggu, 08 Mei 2022

3.1.a.9. Koneksi Antar materi

Belajar adalah kewajiban untuk kehidupan yang lebih bermakna

1. Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
Patrap Triloka adalah sebuah konsep pendidikan yang digagas oleh Suwardi Suryaningrat (alias Ki Hadjar Dewantara) selaku pendiri organisasi pergerakan nasional Indonesia yaitu Taman SiswaPratap Triloka yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara yang terkenal dengan semboyan ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri Handayani artinya di depan memberi teladan, di tengah membangun motivasi/dorongan, di belakang memberi dukungan. Sebagai pendidik, kita harus menyadari bahwa setiap anak membawa kodratnya masing-masing. Kita hanya perlu menuntun segala yang ada pada anak, mengarahkan dan memberi dorongan supaya anak dapat berproses dan berkembang.Dalam proses menuntun, anak akan diberi kebebasan, dalam hal ini guru sebagai pamong memberikan tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah serta membahanyakan dirinya serta anak menemukan kemerdekaannya dalam belajar sehingga akan berdampak pada pengambilan keputusan yang tepat dan bertanggung jawab. Dalam hal tersebut, maka guru harus mampu mengambil keputusan yang berpihak pada murid serta bijaksana. Berdasarkan hal tersebut guru sebagai pemimpin pembelajaran sudah sepatutunya menerapkan pengambilan keputusan yang berpihak pada murid, dengan menerapkan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip penyelesaian dilema, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri seorang pendidik tentunya adalah nilai kebaikan, kejujuran, tanggung jawab, disiplin, toleransi, gotong-royong dan nilai kebaikan lainnya. Nilai-nilai tersebut adalah nilai-nilai yang paling kita hargai dalam hidup dan sangat berpengaruh pada pembentukkan karakter , perilaku dan membimbing dalam kita mengambil sebuah keputusan. Sebagai Guru Penggerak, tentunya ada beberapa nilai yang harus dipegang seperti nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Untuk dapat mengambil keputusan yang tepat diperlukan nilai-nilai atau prinsip, pendekatan, dan langkah-langkah yang benar sehingga keputusan tersebut merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim bagi semua pihak, terutama bagi kepentingan /keberpihakan pada anak didik kitaUntuk membuat keputusan berbasis etika, diperlukan kesamaan visi, budaya dan nilai-nilai yang dianggap penting dalam sebuah institusi sehingga prinsip-prinsip dasar yang menjadi acuan akan lebih jelas.

3. Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Seorang pendidik harus mampu mengetahui dan memahami kebutuhan belajar serta kondisi sosial dan emosional dari muridnya . Seorang siswa harus mampu menyelesaikan permasalahannya dalam belajarnya . Pentingnya pendekatan Coaching dilaksanakan oleh guru, karena guru dalam hal ini sebagai coach akan menggali potensi yang dimiliki oleh muridnya dengan memberi pertanyaan pemantik sehingga murid dapat menemukan potensi yang terpendam dalam dirinya untuk dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan dengan baik maka keterampilan coaching akan membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan- pertanyaan untuk memprediksi hasil dan berbagai opsi dalam pengambilan keputusan. Coaching dapat membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat yang akan berpengaruh sehingga terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman dengan demikian akan berpengaruh bagi peserta didik dalam proses pembelajaran.

Sesi coaching membantu guru untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki dan memecahkan permasalahan saat menjadi pemimpin pembelajaran, sehingga pada saat menentukan suatu permasalahan dilema etika seorang guru mampu mengidentifikasi suatu permasalahan dengan tehnik coaching, sehingga mampu menghasilkan keputusan yang tepat dan berpihak pada murid.

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Dalam melaksanakan proses Pendidikan, pendidik dalam hal ini guru harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar muridnya serta mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi sosial emosional seperti kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan ketrampilan berhubungan sosial (relationship skills). Sehingga diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindfull), terutama sadar dengan berbagai pilihan , konsekuensi yang akan terjadi, dan meminilisir kesalahan dalam pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan membutuhkan keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi konsekuensi dan implikasi dari keputusan yang kita ambil karena tidak ada keputusan yang bisa sepenuhnya mengakomodir seluruh kepentingan para pemangku kepentingan. Namun tujuan utama pengambilan selalu pada kepentingan dan keberpihakan pada anak didik .

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Sebagai pemimpin pembelajaran, seorang pendidik harus mampu melihat permasalahan yang dihadapi apakah permasalahan tersebut merupakan dilema etika ataukah bujukan moral. Dengan nilai- nilai yang dimiliki seorang pendidik tersebut, baik nilai inovatif, kolaboratif, mandiri dan reflektif seorang pendidik dapat menuntun muridnya untuk dapat mengenali potensi yang dimiliki dalam mengambil keputusan dan mengatasi masalah yang dihadapi sehingga dengan nilai- nilai dari seorang pendidik tersebut, yang merupakan landasan pemikiran yang dimiliki akan cenderung pada prinsip " melakukan demi kebaikan orang banyak, menjunjung tinggi prinsip- prinsip/ nilai- nilai dalam diri dan melakukan apa yang kita harapkan orang lain akan lakukan kepada diri kita. Maka seorang pendidik akan dapat mengambil sebuah keputusan yang bertanggung jawab melalui berbagai pertimbangan dan langkah pengambilan dan pengujian sebuah keputusan terkait permasalahan yang terjadi.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran kita sering dihadapkan pada situasi dimana kita diharuskan mengambil suatu keputusan, namun terkadang dalam pengambilan keputusan terutama pada situasi dilema kita masih kesulitan misalnya lingkungan yang kurang mendukung, bertentangan dengan peraturan, pimpinan tidak memberikan kepercayaan karena merasa lebih berwenang, dan meyakinkan orang lain bahwa keputusan yang diambil sudah tepat, perbedaan cara pandang serta adanya opsi benar lawan benar atau sama-sama benar. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan yang tepat dan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman, hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengenali terlebih dahulu kasus yang terjadi apakah kasus tersebut termasuk dilema etika atau bujukan moral. Jika kasus tersebut merupakan dilema etika, sebelum mengambil sebuah keputusan kita harus mampu menganalisa pengambilan keputusan berdasarkan pada 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sehingga hasil keputusan yang kita ambil mampu menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman untuk muridnya. Intinya pengambilan keputusan yang tepat terkait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan . Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut, maka keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat , maka hal tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

7. Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Kesulitan-kesulitan yang dialami di lingkungan saya dalam mengambil keputusan adalah kesulitan /kendala yang bersumber pada pengambil keputusan, di mana dalam mengambil keputusan tidak melibatkan guru atau warga sekolah lainnya, sering terjadi perbedaan pandangan di antara pihak-pihak yang terlibat dalam kasus yang mempersulit tercapainya kesepakatan, dan sering dalam pengambilan keputusan tersebut , kita tidak mempunyai pilihan yang lain karena aturan yang ada pada pimpinan/ sekolah,, adanya nilai-nilai kesetiakawanan yang masih kental dalam budaya di lingkungan menimbulkan rasa kasihan lebih dominan dan terburu-buru dalam pengambilan keputusan

Kesulitan-kesulitan di atas selalu kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan

8. Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Sebagai seorang pendidik, saya merasa terbantu dengan penjelasan materi dari modul 3.1 terkait pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran karena sebelumnya kita sering menemukan dilema namun kita belum bisa menyelesaikan permasalahan dengan mengambil sebuah keputusan dengan tepat, dengan semua materi yang telah dipelajari dari modul 3.1 ini maka ketika kita mengambil keputusan harus memperhatikan beberapa hal penting terkait 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan maka keputusan yang kita ambil akan berdampak baik kepada murid karena pada dasarnya tujuan pembelajaran adalah dapat memberikan keselamatan dan kebahagian pada murid, sehingga dengan keselamatan dan kebahagiaan yang didapatkan oleh murid maka kita telah mampu memerdekakan mereka dalam belajar Pendidik sudah seharusnya memberikan keputusan yang bersifat positif, membuat siswa merasa nyaman, dan tenang. Semuanya dilakukan untuk memerdekan siswa dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan belajar mereka. Karena pengambilan keputusan yang tepat akan mempengaruhi pengajaran seorang guru untuk mewujudkan Pendidikan yang memerdekakan murid.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Untuk mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, kita harus benar- benar memperhatikan kebutuhan belajar murid. Jika keputusan yang kita ambil sudah mempertimbangkan kebutuhan murid maka murid akan dapat menggali potensi yang ada dalam dirinya dan kita sebagai pemimpin pembelajaran dapat memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajarnya dan menuntun murid dalam mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga keputusan kita dapat berpengaruh terhadap keberhasilan dari murid di masa depannya nanti. Pendidik yang mampu mengambil keputusan secara tepat akan memberikan dampak akhir yang baik dalam proses pembelajaran sehingga mampu menciptakan well being murid untuk masa depan yang lebih baik.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir yang dapat ditarik dari pembelajaran modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran terkait dengan modul-modul yang telah dipelajari sebelumnya, merupakan satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan untuk memerdekakan murid dalam belajar, Sebagaimana dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa Pendidikan bertujuan menuntut segala proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya sendiri, sekolah maupun masyarakat.

Dalam melaksanakan proses Pendidikan, seorang pendidik harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar muridnya serta mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan dengan baik maka keterampilan coaching akan membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan- pertanyaan untuk memprediksi hasil dan berbagai opsi dalam pengambilan keputusan.

Keterampilan coaching ini dapat membantu murid dalam mencari solusi atas masalahnya sendiri tidak sebatas pada murid, keterampilan cocaching dapat diterapkan pada rekan sejawat atau komunitas terkait permasalahan yang dialami dalam proses pembelajaran. Selain itu diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) untuk mengambil keputusan dan proses pengambilan keputusan diharapkan dapat dilakukan secara sadar penuh(mindfullness), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada.

Selasa, 12 April 2022

Kesepakatan Kelas X ATPH


Kesepakatan Kelas adalah persetujuan bersama untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh kedua pihak. Untuk menciptakan Proses Belajar Mengajar yang efektif dan kondusif harus melibatkan secara langsung murid untuk merencanakan prosenya, baik dalam pemetaan kebutuhan belajar maupun dalam membuat kesepakatan kelas.

Kesepakatan kelas memuat hal-hal yang dianggap penting. Kesepakatan kelas juga harus dapat dipahami oleh semua pihak. Kesepakatan kelas dibuat dengan bahasa yang mudah dipahami siswa, megandung kata-kata positif, dibuat secara tertulis sehingg

Rabu, 10 November 2021

1.2.a.6 Reflekasi Terbimbing - Nilai dan Peran Guru Penggerak

  1. Apa saja nilai diri saya? (yang terdapat pada bagian mulai dari diri)
  2. Apa yang saya rasakan setelah mengetahui nilai dari Guru Penggerak? Jelaskan!
  3. Apa saja nilai diri Guru Penggerak yang sudah saya miliki sekarang? 
  4. Diantara nilai-nilai yang sudah saya pelajari, nilai apa yang saya rasa perlu saya kuatkan? jelaskan!
  5. Apa yang saya rasakan setelah mengetahui peran dari seorang Guru Penggerak?
  6. Apa yang bisa saya lakukan (khusus untuk diri saya) untuk menguatkan peran dan nilai Guru Penggerak?
  7. Apa yang akan menghambat saya dalam memperkuat peran dan nilai Guru Penggerak dalam diri saya?

Berikut jawaban pertanyaan diatas

  1. Nilai diri saya meliputi replektif, kreatif dan inovatif. 
  2.  Dengan mempelajari peran dan nilai dari Guru Penggerak, maka saya menyadari bahwa masih banyak yang perlu dibenahi dan ditingkatkan mengenai kreatifitas dan inovasi dalam mengelola pembelajaran.
  3. Mandiri, kolaboratif, dan inovatif, dan berpihak pada murid
  4. Nilai inovatif dan berpihak pada murid. Kedua nilai ini perlu saya tingkatkan dalam meningkatkan kreativitas mengelola pembelajaran dan meningkatkan minat belajar siswa. 
  5. Saya merasa untuk terus belajar dan melakukan inovasi dalam mengelola pembelajaran 
  6. Ada beberapa cara untuk menguatkan peran dan nilai sebagai guru penggerak, Koordinasi dengan pimpinan sekolah, kolaborasi dengan rekan guru, siswa, orang tua siswa, dan masyarakat; Kolaborasi dengan pihak swasta, dunia usaha, dunia Industri dan dunia kerja; kreatif dan inovatif dalam mengembangkan pembelajaran; dan mengembangkan kompetensi  secara aktif dan mandiri.
  7. Hambatan utama berasal dari dalam diri adalah dengan beban kerja serta tanggung jawab yang banyak dan tidak bisa dikerja lagi secara konsisten.

Sabtu, 24 Oktober 2020

Pendidikan Non Formal Dalam Masyarakat



    



Pendidikan Nonformal diartikan semua pelaksanaannya bisa dilakukan secara terstruktur maupun berjenjang, Hal ini tertuang jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003-Pasal 1 (ayat 2)  yang mengatur Sistem Pendidikan Nasional. 

Pendidikan Non Formal (PNF) mempunyai tujuan mengganti, menambah dan melengkapi Pendidikan Formal. Beragam kegiatan didalamnya, yang mampu membawa peserta didiknya tidak hanya pada pengetahuan teori semata atau hanya dengan sekedar mendapatkan ijazah saja. Namun yang menjadi esensi dari pendidikan pada Pendidikan Luar Sekolah adalah pengetahuan,karakter, serta keterampilan dengan income yang bisa menjadikan pribadi lebih berkualitas. 

Pendidikan Non Formal sangat bermanfaat bagi masyarakat khususnya bagi mereka yang tidak melanjutnya kejenjang pendidikan lanjutan, putus sekolah ataupun mereka yang sama sekali tidak menduduki bangku sekolah.

Dalam Kehidupan sehari-hari, manusia tidak akan lepas dari pendidikan, baik dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, maupun bernegara. Kita tahu bahwa setiap manusia merupakan mahluk individu dan mahluk sosial, karena di setiap diri pribadi manusi antara yang dengan lainnya terdapat perbedaan-perbedaan dan manusia dikatakan mahluk sosial karena manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain. Jadi setiap manusia saling membutuhkan.

Olehnya itu kehidupan manusia membutuhkan adanya suatu program pendidikan yang merupakna bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh seseorang kepada orang untuk mengembangkan dan memfungsionalkan jasmani dan rohani manusia agar dapat meningkatkan atau mengembangkan wawasan pengetahuannya untuk bisa belajar dan berinteraksi pada sesama. Begitu pula sebaliknya pendidikan tidak akan berjalan tanpa adanya manusia itu sendiri.

Sehingga dengan adanya program pendidikan non formal ini manusia dapat menciptakan serta menghasilkan sesuatu hal yang baru dan bermanfaat, baik bagi dirinya maupun orang lain. Salah satu bentuk dari manfaat yang signifikan pendidikan non formal adalah adanya kesetaraan antara tingkat pendidikan non formal dan non formal seperti Paket A yang setara dengan SD, Paket B yang setara dengan SMP, dan Paket C yang setara dengan SMA. Selain itu PNF juga memberikan ruang kepada masyarakat yang belum mampu dalam hal membaca atau menulis dan juga dalam mengembangkan life skill untuk kelangsungan hidupnya.

Sesuai pada konsepnya Pendidikan Non Formal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.